Di tengah peradaban modern yang mengagungkan produktivitas, kecepatan, dan pencapaian materi, tubuh manusia sering kali diperlakukan sekadar sebagai alat. Ia dipaksa bekerja tanpa henti, dijejali pola hidup yang tidak seimbang, lalu diabaikan ketika mulai memberi peringatan. Dalam logika sistem hari ini, kesehatan badan bukan tujuan, melainkan sekadar syarat agar mesin manusia tetap bisa diperas. Cara pandang semacam ini jelas bertentangan dengan Islam, yang memandang manusia sebagai kesatuan jasad, akal, dan ruh.
Islam menempatkan tubuh sebagai amanah, bukan kepemilikan mutlak. Ia dititipkan oleh Allah dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Karena itu, menjaga kesehatan badan bukan sekadar pilihan gaya hidup, melainkan bagian dari ketaatan.
Hadis ini bukan nasihat medis biasa, melainkan pernyataan ideologis. Mengabaikan kesehatan berarti menzalimi amanah. Merusak tubuh dengan pola hidup berlebihan, makanan yang serampangan, atau ritme hidup yang tidak manusiawi sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap tanggung jawab sebagai hamba.
Ironisnya, sebagian kaum Muslim justru memisahkan antara ibadah dan kesehatan. Ibadah direduksi menjadi ritual spiritual semata, sementara kondisi fisik dianggap urusan dunia yang netral. Akibatnya lahir pribadi-pribadi yang semangat secara simbolik, tetapi rapuh secara jasmani dan mental. Padahal Rasulullah ﷺ justru menautkan kekuatan fisik dengan kualitas keimanan.
Kekuatan yang dimaksud tidak terbatas pada aspek ruhiyah, tetapi juga mencakup kekuatan jasmani, ketahanan mental, dan kesiapan menghadapi realitas hidup. Umat yang sakit-sakitan dan lemah fisiknya akan mudah lelah dalam perjuangan, mudah menyerah, dan mudah dikendalikan oleh sistem yang zalim.
Islam juga menolak ekstremisme spiritual yang merusak tubuh. Rasulullah ﷺ adalah teladan keseimbangan. Beliau menegur orang-orang yang beribadah secara berlebihan hingga menelantarkan kebutuhan jasmani.
Islam juga mengajarkan pencegahan sejak awal. Pola makan, larangan berlebih-lebihan, dan disiplin hidup adalah bagian dari sistem Islam yang menjaga kesehatan umat.
Pada akhirnya, menjaga kesehatan badan bukan sekadar agar hidup lebih nyaman atau panjang usia. Ia adalah kesiapan ideologis untuk memikul amanah sebagai hamba dan khalifah. Iman yang kokoh membutuhkan jasad yang terjaga, dan perjuangan yang panjang menuntut tubuh yang siap menanggungnya.
Berhentilah sejenak, lalu tanyakan pada diri sendiri dengan jujur:
apakah tubuh ini sedang kita rawat sebagai amanah, atau kita biarkan rusak oleh kelalaian dan pola hidup yang salah?
Islam tidak hanya membutuhkan iman yang diucapkan, tetapi kesiapan yang nyata.
Kesiapan berpikir, kesiapan beramal, dan kesiapan jasad untuk tetap tegak dalam ketaatan, tegar menghadapi tantangan dan semangat dalam langkah perjuangan
Selama tubuh masih diberi kekuatan, jangan menundanya.
Merawat kesehatan adalah bagian dari tanggung jawab ideologis seorang Muslim
Personal Health Insight
Panduan gaya hidup sehat,Bersifat edukatif, bukan diagnosis medis.